ilustrasi (freeimage.com) |
“Tanda bahwa shalat istikharah saya dijawab sama Allah itu bagaimana ya Ustadz? Apakah melalui mimpi?” tanya pemuda yang aktif pengajian di masjid itu.
Pertanyaan lain lebih mengernyitkan dahi. “Saya masih bingung antara dua gadis yang ingin saya khitbah. Saya shalat istikharah lalu bermimpi. Dalam mimpi itu, saya dikejar tikus. Maknanya apa ya?”
***
Dua pertanyaan itu menggambarkan pandangan sebagian masyarakat yang menganggap bahwa shalat istikharah kita akan dijawab Allah dengan mimpi. Dari mimpi itulah kemudian ditafsirkan bagaimana Allah memilihkan jawaban buat kita.
Benarkah demikian? Ternyata tidak.
Dalam beberapa kitab fiqih yang membahas istikharah, tidak ada satu pun yang membicarakan mimpi atau mengaitkan shalat ini dengan mimpi. Buka saja Fiqih Sunnah, Fiqih Islam wa Adillatuhu, Fiqih Manhaji dan lain-lain. Tidak ada yang mengatakan bahwa tanda jawaban shalat istikharah diberikan Allah lewat mimpi.
Lalu bagaimana jawaban shalat istikharah itu? Bukankah shalat istikharah dilakukan dalam rangka memohon kepada Allah dipilihkan pilihan terbaik dari dua atau lebih pilihan yang kita hadapi dalam urusan mubah? Entah itu memilih pekerjaan, memilih jodoh atau urusan lainnya.
Tidak seperti persangkaan sebagian orang bahwa jawaban shalat istikharah dikirim Allah dalam bentuk mimpi, sesungguhnya hasil istikharah adalah kemantapan hati. Yaitu, hati kita lebih condong ke pilihan mana yang terasa lebih baik untuk kita. Hati kita mantap memilih apa, itulah hasil istikharah kita. Tidak harus berupa mimpi.
Imam An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Setelah istikharah, seseorang harus mengerjakan apa yang dirasa baik untuknya. Di samping itu, hendaknya ia benar-benar bebas dari kehendak pribadi. Jadi jangan sampai ada perasaan ini pilihan terbaik, sebelum mengerjakan shalat istikharah. Karena jika demikian, sama halnya tidak istikharah atau kurang tawakkal pada pengetahuan dan kekuasaan Allah.”
Panduan lengkap shalat istikharah bisa dibaca di shalat istikharah
Syaikh Wahbah Az Zuhaili rahimahullah dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menguatkan dengan mengutip riwayat Ibnu Sunni, “Hai Anas, jika engkau menginginkan sesuatu, maka mintalah petunjuk kepada Allah sebanyak tujuh kali. Setelah itu, lihatlah urusanmu mana yang masuk dalam hatimu pertama kali karena di situlah tempat kebaikan.” Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Tarbiyah]
0 komentar:
Posting Komentar