ilustrasi |
Gegap gempita jutaan pendukung Prabowo-Sandi yang berhasil memutihkan GBK dan Jakarta, turut dipantau oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
SBY yang masih berada di Singapura mendampingi perawatan Ani Yudhoyono, rupanya tidak setuju dengan konsep kampanye akbar itu. SBY mendengar rencana kampanye itu sejak Sabtu (6/4) sore, dan menilai konsepnya tak lazim dan tak iklusif.
Hal itu diungkapkan SBY melalui suratnya kepada petinggi Partai Demokrat.
“Sore hari ini, Sabtu, tanggal 6 April 2019 saya menerima berita dari tanah air tentang 'set up', 'run down' dan tampilan fisik kampanye akbar atau rapat umum pasangan capres-cawapres 02, Bapak Prabowo Subianto-Bapak Sandiaga Uno, di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Karena menurut saya apa yang akan dilakukan dalam kampanye akbar di GBK tersebut tidak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif, melalui sejumlah unsur pimpinan Partai Demokrat saya meminta konfirmasi apakah berita yang saya dengar itu benar. Malam hari ini, saya mendapat kepastian bahwa informasi yang didapat dari pihak lingkaran dalam Bapak Prabowo, berita yang saya dengar itu mengandungi kebenaran,” kata SBY dalam suratnya.
SBY pun meminta Ketua Wanhor PD Amir Syamsudin, Waketum PD Syarief Hassan dan Sekjen PD Hinca Panjaitan untuk memberikan saran kepada Prabowo. SBY meminta kampanye yang di dalamnya ada Partai Demokrat selalu mencerminkan inklusifitas dan kebhinnekaan.
“Cegah demonstrasi apalagi 'show of force' identitas, baik yang berbasiskan agama, etnis serta kedaerahan, maupun yang bernuasa ideologi, paham dan polarisasi politik yang ekstrem,” imbuh SBY dalam surat bertanggal 6 April yang ditulis dari National University Hospital, Singapura itu.
SBY mengingatkan, kampanye nasional pun harus dikemas dengan mengusung prinsip “Indonesia untuk semua”. Menurutnya, presiden yang mengusung prinsip tersebut akan menjadi pemimpin yang kokoh. [Ibnu K/Tarbiyah]
0 komentar:
Posting Komentar