ilustrasi (Pinterest) |
“Jika surga itu seluas langit dan bumi, lalu di manakah neraka?” tanya seorang Yahudi kepada Umar bin Khattab seusai ia mendengar Surat Ali Imran ayat 133.
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa” (QS. Ali Imran: 133)
Umar tidak langsung menjawab. Ia melemparkan pertanyaan itu kepada sahabat lainnya.
“Wahai para Sahabat, jawablah pertanyaan itu”
Melihat tidak seorang pun di antara para sahabat yang hadir di sana yang bisa menjawabnya, Umar balik bertanya kepada orang Yahudi tersebut.
“Tahukah engkau akan siang, apabila datang waktu malam menyelimuti bumi, lalu di manakah malam itu?”
Orang Yahudi itu itu terkejut. “Sesuai dengan kehendak Allah,” kalimat itulah yang akhirnya muncul dari lisannya.
“Demikian halnya dengan neraka,” lanjut Umar. “Tentunya juga sesuai dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Orang Yahudi itu takjub dengan jawaban Umar. “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya itu telah ada dalam Kitab Allah yang diturunkan, seperti yang Tuan katakan.”
Kisah yang dituturkan Syaikh Al Kandahlawi dalam Hayaatus Shahabat ini menunjukkan kejernihan hati Umar dan kecemerlangan akalnya. Dengan izin Allah, ia mampu menjelaskan dengan bahasa yang dimengerti manusia; bukan hanya umat Islam, bahkan Yahudi sekalipun.
Kisah ini dan Kisah Umar bin Khattab lainnya merupakan kisah-kisah yang penuh dengan ibrah dan pelajaran berharga. Siapa yang mengambilnya, ia akan mendapatkan kebaikan demi kebaikan. Siapa yang merenungkannya, akan mendapati gambaran pemimpin legendaris yang dicintai umat. Tergambar kehidupan generasi terbaik umat ini. Dan terlukis satu kesimpulan besar; apabila para sahabat sehebat ini, terbayang betapa hebatnya Sang Murabbi mereka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. [Muchlisin BK/Tarbiyah.net]
0 komentar:
Posting Komentar