Anies Baswedan dan Ahok (Liputan6) |
Survei Setara Insitute menempatkan Provinsi DKI Jakarta masuk dalam 3 daftar kota intoleran di Indonesia. Direktur Riset Setara Institute Halili Hasan mengatakan, pelanggaran kekerasan antarumat beragama cukup tinggi ditemukan di Jakarta dari November 2017-Oktober 2018.
Halili juga menyebutkan, ruang masyarakat toleran menyampaikan aspirasi pun sangat minim.
“Yang sering terjadi di Jakarta adalah ekspresi kelompok intoleran yang merepresentasikan gagasan mayoritarianisme, tetapi tidak dibarengi ketersediaan ruang untuk minoritas,” kata Halili, Sabtu (8/12/2018), seperti dikutip Tirto.
Terkait survei itu, peneliti Human Right Watch Andreas Harsono menyarankan Anies Baswedan minta maaf kepada Ahok dan pendukungnya.
“Dengan minta maaf terhadap Ahok maupun orang-orang yang mendukung Ahok dan mengatakan bahwa itu (kampanye pilkada 2017) sesuatu yang salah,” kata Andreas.
“Kalau dia berani melakukan, saya kira itu langkah yang besar sekali untuk memulihkan toleransi di Jakarta,” lanjutnya.
Menanggapi permintaan itu, Pendiri Indonesia Tanpa JIL (ITJ) yang juga alumni 212, Akmal Sjafril menegaskan bahwa justru Ahok yang menghina agama dan setelah Ahok semakin banyak orang mengikuti jejaknya.
“Ahok menista agama kami. Sejak ada Ahok, makin banyak org ikuti jejaknya menista agama kami. Dgn materai enam ribu perak, kami maafkan penghinaan para peniru ahok ini. Lalu, kami yg harus minta maaf? Sakit jiwa!” tandasnya melalui akun Twitter @malakmalakmal, Senin (10/12/2018).
Ahok menista agama kami. Sejak ada Ahok, makin banyak org ikuti jejaknya menista agama kami. Dgn materai enam ribu perak, kami maafkan penghinaan para peniru ahok ini. Lalu, kami yg harus minta maaf? Sakit jiwa! https://t.co/oHkdB0TDAA— Akmal Sjafril (@malakmalakmal) 9 Desember 2018
0 komentar:
Posting Komentar