Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingatkan agar pemerintah mengambil pelajaran dari demo-demo yang pernah mengubah sejarah negeri ini. Gara-gara main tembak, demo 1966 yang melibatkan mahasiswa UI dan demo 1998 yang melibatkan mahasiswa Trisakti telah mengakibatkan prahara maha besar.
“Tadi malam saya berbincang-bincang dengan Pak Jusuf Kalla. Kami generasi yang lebih tua, ingat dulu peristiwa tahun 66 yang melibatkan mahasiswa Universitas Indonesia. Tahun 1998 yang melibatkan mahasiwa Trisakti. Gara-gara main tembak, terjadilah prahara maha besar yang mengubah jalannya sejarah di negeri kita ini. Kita harus pandai memetik pelajaran sejarah di masa silam,” kata SBY dalam konferensi pers di Cikeas, Rabu (2/11/2016).
SBY juga mengingatkan agar tidak mudah menuduh jika ada unjuk rasa seperti yang akan terjadi pada Jumat 4 November 2016. Ia menegaskan, menuduh partai politik mendalangi demo adalah fitnah.
“Dulu saya juga tidak dengan mudah menuduh, mencurigai, menuduh, ada orang-orang besar mendanai aksi-aksi unjuk rasa. Ada orang-orang besar menggerakkan unjuk rasa. Kalau dikaitkan dengan situasi sekarang, kalau ada informasi atau analisis intelijen seperti itu, saya kira berbahaya. Menuduh seseorang, menuduh sebuah kalangan, menuduh sebuah partai politik melakukan seperti itu, pertama itu fitnah. Fitnah lebih kejam dibandingkan pembunuhan. I tell you!” tandasnya.
Menuduh seperti itu juga menghina rakyat. Apalagi jika rakyat bergerak karena panggilan aqidah.
“Yang kedua menghina. Rakyat bukan kelompok bayaran. Urusan hati nurani tidak ada yang bisa mempengaruhi. Uang tidak ada gunanya. Apalagi kalau urusan aqidah. Banyak di dunia ini, mereka yang rela mengorbankan jiwanya demi aqidah,” tegas SBY. [Ibnu K/Tarbiyah.net]
0 komentar:
Posting Komentar